Bank Artikel

ku-Cari, ku-Baca, ku-Arsip-kan. ^Semoga bermanfaat^

04 Mei 2011

Kenangan Terindah

"Jika Anda membuat seseorang bahagia hari ini, Anda juga membuat dia berbahagia dua puluh tahun lagi, saat ia mengenang peristiwa itu."

Kehidupan yang lalu adalah kenangan terindah...
Kita hanya bisa mengenangkan peristiwa yang telah lampau. Begitulah, tak ada yang lain. Mengutuk masa lalu, tak ada gunanya, hanya membuat hati dongkol saja. Kita mengenang hari lalu dengan mengambil pelajaran atas setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Inilah cara terbaik yang bisa kita lakukan. Mungkin, kita pernah melakukan tindakan paling bodoh atau konyol. Biarlah peristiwa ini terkenangkan. Kelak, pengalaman mengajarkan kepada kita untuk tidak akan mengulanginya di kemudian hari.

Ketika kita mengenang sesuatu, kadang terbersit, teringat kembali kepada sosok yang sangat baik. Sosok seseorang yang telah tulus membantu dalam kehidupan kita di saat kita kesulitan. Dia begitu berharga, menorehkan sejarah tersendiri dalam kehidupan kita. Atas perilaku baik yang dilakukannya, tersimpan dalam memori dan ingatan kita, betapa peran yang telah diperbuat sangat punya pengaruh ketika kita sudah seperti sekarang ini. Ya, dia memang sosok yang terkenangkan.

Hari ini, saya teringat dengan beliau, sosok yang pertama kali mengenalkan saya pada ilmu-ilmu Allah yang begitu luas ini. Beliau begitu sabar mengajar saya. Dengan target-target hafalan, nomor-nomor surah sampai pada perkembangan kehidupanku ketika saya berada pada marhalah Ta'rifiyah. Saya ingat betul, saat itu saya masih sering tak bersemangat dalam mengikuti tarbiyah yang diberikannya. Lingkungan akademik [perkuliahan] yang mengandalkan nalar dan retorika membuatku sering tak bersemangat. Saya kurang tahu, benarlah kata orang kalau lingkungan memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan psikis dan fisik seseorang. Dalam kondisi seperti itulah, ustadzah itu begitu sabar menuntun saya mengenalkan Ma'rifatullah, Ma'rifatuddien, kepribadian seorang muslimah dan hal-hal lain yang begitu berharga.

Berkat kesabarannya, sampai saat ini saya bisa mengajarkan semua hal yang dia telah ajarkan kepada adik-adik saya di lingkungan yang sama, walaupun tak begitu baik, tapi bisa. Begitulah, kenangan yang silam. Kita hanya bisa mengenangkannya. Ustadzah itu, telah menabur kenangan dalam diri saya. Hingga, beberapa tahun kemudian masih saja saya ingat jasa baiknya. Sebagai mantan muridnya, cara terbaik barangkali mengucapkan Jazaakumullahu khairan kepadanya. Sayang, saya tak lagi mengetahui dimanakah beliau berada. Tak lagi ada informasi tentang dirinya.

Saya hanya bisa berdoa saat ini, semoga Allah kelak mempertemukan kami kalau tidak di dunia, di akhirat kelak. Bagaimanapun juga, apa yang dilakukannya telah menjadi sepohon amal yang terus tumbuh. Ya, beliau yang pertama kali mengajarkan ilmu-ilmu al-qur'an kepada saya. Ketika saya pun kembali mengajarkan kepada orang lain, saya yakin beliau juga tetap akan mendapatkan amal baik itu. Amal yang akan memperberat timbangan kebaikannya.

Itulah kenangan. Kitapun juga perlu menaburnya saat ini, sebelum ajal tiba. Menabur benih-benih kenangan yang bisa kita lakukan kepada orang lain. Kelak, orang akan mengenang kita dengan perilaku baik kita. Tapi, yang perlu kita ingat, ini bukan motif utama kita. Satu hal yang mendasarinya adalah ketulusan untuk berbuat baik. Siapa menabur kebaikan, akan menuai kebaikan pula. Ini rumus kehidupan. Sekarang, cobalah sama-sama kita evaluasi, hari ini, sudahkah kita menabur benih kenangan itu...?



disalin dari "Lembar Khusus Muslimah 'Yasmin' majalah al-Bashirah ed. 04 Tahun II 1428 H"

1 comments:

Posting Komentar